Home Hukum Warga Disabilitas Petisi Ridwan Kamil Soal Desain Halte dan Trotoar

Warga Disabilitas Petisi Ridwan Kamil Soal Desain Halte dan Trotoar

1103
0

halteuJABARSATU.COM – Petisi online penolakan kebijakan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengenai desain halte dan trotoar muncul. Petisi yang digagas oleh Yuyun Yuningsih, memprotes proyek wali kota yang dinilai diskriminatif terhadap kaum disabilitas.
Yuyun merupakan Direktur Bandung Independent Living Center (BILiC) dan masyarakat disabilitas kota Bandung. Ia juga merupakan penyandang disabilitas yang sehari-hari harus menggunakan tongkat untuk berjalan
Petisi yang dimuat dalam situs change.org itu baru dibuat Rabu (14/1/2015). Hingga pagi sudah terkumpul 377 orang dari target 500 orang yang menandatangani petisi.
Yuyun memprotes desain halte nyentrik berdesain mirip kapsul dan juga proyek trotoar di beberapa ruas jalan seperti Jalan Riau yang diganti dengan granit.
“Kami mengamati desain yang Kang Emil ciptakan, bukan berawal dari fungsi dan manfaat yang tentunya akan berpengaruh pada biaya. Mengapa harus mendesain halte yang nyentrik? Sadarkah desain yang Kang Emil ciptakan itu adalah mendiskriminasi warga terutama penyandang disabilitas,” tulis Yuyun.
Yuyun juga menyayangkan beberapa trotoar yang sedang dibangun salah satunya di sepanjang jalan R.E Martadinata menggunakan bahan marmer. “Yang membahayakan jika terkena air, bukan hanya bagi warga disabilitas tapi bagi semua warga kota Bandung,” ujarnya.
Menurutnya dengan desain tata kota layanan publik tidak aksesibel, maka beban wali kota akan lebih berat. “Karena merancang desain yang aksesibel sejak perencanaan dan memastikan implementasinya, biaya tambahan tidak banyak Daripada harus pasang bongkar,” ujar Yuyun.
Bandung,katanya, sudah memiliki Perda Kota No.26 tahun 2009 tentang Kesetaraan dan Pemberdayaan Penyandang disabilitas dan ada Kepmen PU No.30 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan yang menyebutkan bahwa ruang terbuka aktif maupun pasif harus mengikuti pedoman aksesibilitas.
“Hayu atuh Kang Emil, aplikasikan pengalamannya secara utuh, pahami universal design, lindungi dan layani warga yang disabilitas secara adil, libatkan aktif warga yang disabilitas dalam segala tahapan tadi, apalagi sebagai user, apanan urang Bandung teh someah,” tandasnya.(jbs/dtc/md)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.