JABARSATU.COM – Sang guru kalbu, Een Sukaesih warga Dusun Batukarut RT 01/06, Desa Cibeureum Wetan, Kec. Cimalaka, tutup usia di usianya yang ke-51, Jumat (12/12/2014) pukul 15.20 WIB. Wafatnya tokoh guru motivator dan inspirator bagi murid termasuk guru khususnya di Kab. Sumedang itu, setelah sebelumnya menjalani perawatan intensif di ruang ICU RSUD Sumedang, sejak Senin (8/12/2014).
Sejak dirawat di rumah sakit, kondisi Een kritis. Sebelumnya Een dirawat di ruang VIP 204. Karena kondisi badannya lemah dan kritis sehingga Een dipindahkan ruangannya ke ICU untuk mendapatkan perawatan yang lebih optimal.
Meski pihak rumah sakit melalui tim dokter sudah berupaya keras memberikan perawatan dan pengobatan, namun takdir berkata lain, Een akhirnya dipanggil Yang Maha Kuasa dalam perawatan di rumah sakit.
Berita duka meninggalnya perintis Rumah Pintar (Rumpin) Al-Barokah itu, langsung tersebar luas di masyarakat termasuk ke luar Sumedang.
“Sejak Bu Een dirawat di rumah sakit, kondisinya memang sudah kritis. Sehari sebelum meninggal dunia, sempat ada perkembangan positif. Saat pengecekan jantung sempat ada kontak atau respon yang bagus. Namun, tak lama kemudian kondisinya ngedrop hingga akhirnya Een meninggal dunia. Tadinya, di ICU kami akan memasang alat berupa layar pendeteksi jantung, namun tak keburu,” kata Direktur RSUD Sumedang, H. Hilman Taufik.
Adik Een, Tati (42) tak kuasa menahan tangis dan kesedihan yang mendalam dengan kepergian kakak tersayangnya itu. Dengan suara parau, Tati mengatakan sehari setelah dirawat di rumah sakit Senin (8/12/2014) lalu, kondisi Een tak ada perkembangan yang positif. Mulai dari ruangan VIP 204 sampai dipindahkan ke ICU, Een tetap diinfus dan dipasang oksigen dengan kondisi tak sadar.
“Walaupun rumah sakit sudah berusaha maksimal, namun kondisinya tetap kritis sampai Teh Een dipanggil Yang Maha Kuasa,” ucapnya sambil terisak.
“Hari Jumat, hari yang paling baik, Mungkin ini firasat sebelum Bu Een meninggal dunia. Jenazah Bu Een akan dimakamkan Sabtu (13/12/2014) hari ini di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Lio di Desa Cibeureum Wetan,” tutur Nining (45), Bibi almarhumah.
Wak Een memang memiliki keterbatasan secara fisik tak membuat Een Sukaesih sarjana lulusan IKIP Bandung berpangku tangan. Namun keterbatasan itu pula yang justru memicu semangat untuk tetap menularkan dan mengamalkan ilmunya.
Bekal pengetahuan tambahan dari Een Sukesih yang akrab dipanggil Wak Een membuat mereka mampu menambah bekal pelajaran. Bahkan di antara mereka ada yang menjadi juara kelas.
Namun kini peraih penghargaan khusus bidang pengabdian masyarakat dan kemanusiaan Liputan 6 Awards itu telah menghadap Sang Khalik. Een Sukaesih hari ini meninggal dunia setelah sempat beberapa hari dirawat di RSUD Sumedang, Jawa Barat.
Tak hanya anak-anak di sekitar rumah almarhumah Een yang kehilangan. Dunia pendidikan pun merasa kehilangan sosok yang tak kenal lelah mengamalkan dan menularkan ilmunya.
Een Sukaesih lahir pada 10 Agustus 1963 silam. Wanita paruh baya ini sempat mengenyam pendidikan di IKIP Bandung yang kini bernama UPI Bandung.
Namun setelah penyakit rheumatoid arthritis menyerang tubuhnya, praktis selama 27 tahun terakhir ia harus menjalani hari-harinya di atas pembaringan.
Dan inilah kenangan terakhir Wak Een setelah hampir seluruh mimpinya terwujud. Di antaranya bertemu dengan sang idola Bimbo saat acara di BPU UPI Bandung 2013 silam.
Selamat jalan Bu Guru Een Sukaesih, doa kami semua selalu menyertaimu.(Jbs/md)