Home Bisnis & Ekonomi Ribuan Hektare Sawah di Kabupaten Bandung Terancam Kekeringan

Ribuan Hektare Sawah di Kabupaten Bandung Terancam Kekeringan

940
0

sawah keringJABARSATU.COM – Pada musim kemarau ini, sungai-sungai di Kabupaten Bandung mulai mengering. Hal itu berdampak terhadap pasokan air untuk kebutuhan irigasi yang berkurang hingga 30 persen.
Kepala Dinas Sumber Daya Air Pertambangan dan Energi (SDAPE) Kabupaten Bandung Kawaludin mengatakan, kondisi itu menyebabkan ribuan hektare sawah terancam kekeringan. Debit air pada sejumlah irigasi di Kabupaten Bandung saat ini tidak optimal.
“Banyak sawah yang mengalami kekeringan karena mengandalkan air dari sungai. Sejumlah sungai memang sedang mengering,” kata Kawaludin, kemarin.
Kawaludin menambahkan, sejumlah saluran irigasi di Kabupaten Bandung mengandalkan sungai-sungai di sekitarnya. Seperti Sungai Ciwidey, Cisangkuy, Cisasungka, dan Citaliktik. Namun, debit air di sungai-sungai tersebut terus berkurang seiring dengan kemarau panjang.
“Sekitar 36.000 hektare sawah di Kabupaten Bandung yang mengandalkan irigasi tidak bisa terairi sepenuhnya. Hanya 30 persen saja yang terairi,” ujarnya.
Sisanya, lanjut Kawaludin, mengalami kekurangan air. Untuk mengatasi kekeringan, Kawaludin mengaku telah memberikan bantuan sekitar 20 unit pompa air yang disebar di sejumlah daerah. Dengan pompa tersebut, pengairan dilakukan secara bergiliran agar sawah petani bisa terairi secara merata.
Selain itu, Kawaludin juga mengimbau agar petani yang sudah melakukan panen raya untuk tidak menanam kembali dalam waktu dekat. Sebab, saat ini pasokan air masih belum mencukupi.
“Kalau memaksakan untuk menanam, nanti tanamannya bisa mati karena kurang air. Lebih baik menunggu saja sampai air kembali normal,” ujarnya.
Kurangnya pasokan air tersebut dirasakan para petani di wilayah Kabupaten Bandung. Ade Hidayat (58), petani di Desa Pamekaran, Kecamatan Soreang mengungkapkan, dirinya kesulitan untuk menanam kembali seusai melakukan panen raya baru-baru ini.
Pasokan air dengan menggunakan pompa, menurut Ade, tidak sepenuhnya bisa digunakan secara merata oleh para petani. Sebab, persediaan pompa tersebut sangat terbatas.
“Petani jadinya harus pintar-pintar mencari pasokan air. Jika ingin segera menanam kembali harus cari sumber air yang lain. Kalau enggak seperti itu nanti tidak akan bisa menanam,” katanya (jbs/tj/md)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.