JABARSATU.COM – Pemilu Presiden 2014 “memaksa” Demokrat gigit jari. Perolehan suara 10 persen tak membuat partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono ini leluasa bergerak karena jauh dari ambang batas mencalonkan presiden. Keputusan memilih bersikap netral dianggap realistis.
“Saya kira itu rasional, realistis, karena pilihan untuk enggak memilih salah satu poros yang ada, dan gagal membangun poros sendiri,” kata pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Ari Dwipayana, saat dihubungi kemarin.
Menurut Ari, kebuntuan Demokrat dipicu oleh kegalauannya sendiri. Demokrat dianggapnya lamban menjajaki peluang koalisi dan terlalu berharap dapat membangun poros baru bersama partai yang belum menentukan arah koalisinya. Selain itu, kata Ari, Demokrat terlalu mengandalkan ketokohan Yudhoyono. Ketokohannya memang memberi dampak pada hasil pemilu legislatif, tapi tak terlalu signifikan.
Sementara, 11 peserta Konvensi Capres Demokrat juga tak dioptimalkan. Dahlan Iskan yang didaulat menjadi pemenangnya juga meredup karena Demokrat tak memiliki daya tawar. Akhirnya, Yudhoyono memutuskan Demokrat akan netral di Pilpres 2014 dan finalnya akan ditetapkan oleh majelis tinggi pada 20 Mei 2014. Keputusan itu diambil melalui mekanisme voting di forum rapat pimpinan nasional, Minggu (18/5/2014).
meski demikian, menurut Ari, keputusan netral yang diambil Demokrat juga masih mengambang. Ia melihat Demokrat masih menyimpan hasrat untuk dapat berperan lebih di pilpres ketimbang jadi penonton.
“Rasional tapi masih mengambang, antara membebaskan pilihan pada kadernya, atau tetap akan bergabung ke poros yang sudah ada,” kata Ari. (JBS/KOMPAS/MD)